arena luka...
Mengais dan mengais lagi yang ada
Sederatan kalimat yang tercecer
Diantara ubin-ubin khayalan dan imaji
Kenapa belum juga aku temukan
Sebait sabda yang sangat disakralkan
dari pendekar-pendekar bersilat lidah
Laksana menjaring kelopak serbuk mentari
Lewat tabir-tabir mimpi tanpa transparansi
Remukkan duka mengibas ekor pari
Hanya bibir-bibir tersumpal yang tak bisa vokal
Terjahit oleh kebiri iming-iming kilau nikmat surgawi
Lalu tertipu diri;
Setumpuk jerami yang kering nyaris tersingkir
Dari arena adu kekuatan dalam beralibi
Segelintir orang diperkosa untuk menghakimi
Dari bait-bait yang tak tersampai pada pemimpi
………………….lalu…………………………..
dimanakah keindahan itu…….
Sederatan kalimat yang tercecer
Diantara ubin-ubin khayalan dan imaji
Kenapa belum juga aku temukan
Sebait sabda yang sangat disakralkan
dari pendekar-pendekar bersilat lidah
Laksana menjaring kelopak serbuk mentari
Lewat tabir-tabir mimpi tanpa transparansi
Remukkan duka mengibas ekor pari
Hanya bibir-bibir tersumpal yang tak bisa vokal
Terjahit oleh kebiri iming-iming kilau nikmat surgawi
Lalu tertipu diri;
Setumpuk jerami yang kering nyaris tersingkir
Dari arena adu kekuatan dalam beralibi
Segelintir orang diperkosa untuk menghakimi
Dari bait-bait yang tak tersampai pada pemimpi
………………….lalu…………………………..
dimanakah keindahan itu…….
0 Comments:
Post a Comment
<< Home